"BAHASA"
BY FITRI
Bahasa memegang peranan yang sangat
vital dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Dapat dibayangkan
bagaimana nasib manusia jika tidak memiliki bahasa sebagai media komunikasi
dalam segala aspek kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk yang berpikir
dan berbudaya karena memiliki bahasa. Dengan bahasalah manusia dapat berpikir
dan menyatakan sesuatu kepada orang lain. Selanjutnya karena manusia berpikir
dan berbudaya, maka manusia berbeda dengan binatang. Binatang tidak dapat
berpikir dan berbudaya sebagaimana manusia karena tidak mempunyai bahasa.
Salah satu aspek kehidupan manusia yang
tidak dapat lepas dari peranan bahasa adalah dakwah (kegiatan berdakwah).
Dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan atau informasi kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaiannya. Banyak
pesan dakwah yang tidak sampai kepada khalayak karena kegagalan penggunaan
bahasa di dalam menyampaikannya. Bahasa yang digunakan tidak komunikatif
sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak dapat dipahami dengan baik oleh
khalayaknya. Karena kegagalan penggunaan bahasa, dakwah yang disajikan terasa
kering, gersang, dan hambar.
A.Mengenal bahasa Indonesia
Bahasa
adalah salah satu bagian terpenting dari kehidupan manusia . Bahasa dan manusia ibarat dua sisi mata uang yang
tak terpisahkan . dengan bahasa manusia bias menciptakan pesan,tanda,
makna,arti,maksud dan pengertian.
Didalam ilmu
komunikasi , bahasa menjadi petunjuk dalam penentuan kesamaan makna.
Sedangkan kata dakwah atau da’watan
sendiri, pertama kali digunakan dalam al-Quran dengan arti seruan yang
dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan Pengertian dakwah menurut
bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni دعا– يدعوا – دعوة (da’a - yad’u
- da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a
yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam.
Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yad’u
terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4 kali.
Peranan Bahasa dalam Pengembangan Dakwah
Sebelum menguraikan tentang peranan
bahasa dalam pengembangan dakwah, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang
pengertian dakwah. Pada bagian pendahuluan dikatakan bahwa dakwah merupakan
suatu proses penyampaian pesan atau informasi kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaiannya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dakwah diartikan sebagai penyiaran atau propaganda; penyiaran agama
dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari,
dan mengamalkan ajaran agama . Selanjutnya, menurut definisi Alquranul Karim,
dakwah adalah undangan menuju kepada semua yang baik dan harus dilaksanakan
dengan rendah hati, bijaksana, dan penuh santun.
Dalam tulisan ini, dakwah dimaksudkan
sebagai kegiatan penyampaian pesan-pesan atau seruan agama kepada pemeluknya,
baik secara lisan maupun secara tertulis, agar pemeluk agama bersangkutan dapat
mengambil hikmah dan menaati aturan agamanya.
Upaya penyebarluasan seruan agama
kepada pemeluknya tidak dapat lepas dari bahasa sebagai medium utamanya.
Beberapa peristiwa sejarah penyebaran agama telah membuktikan besarnya peranan
bahasa dalam kegiatan dakwah.
Penyebaran agama Kristen misalnya. Pada
tahun 1622 Paus Gregorius XV membentuk sebuah komisi yang disebut Komisi
Kardinal yang bertujuan menumbuhkan keimanan Kristiani di beberapa negara.
Secara khusus misionaris itu ditugasi untuk menyebarkan doktrin Kristiani
tersebut supaya bisa menarik beberapa ribu pemeluk baru (Nimmo, 1993: 124).
Kegiatan ini tentu saja memanfaatkan bahasa untuk menjamin keberhasilan
misinya. Para misionaris dalam kegiatan ini memaksimalkan peranan bahasa dalam
fungsinya sebagai alat propaganda. Bahasa sebagai alat propaganda dapat
digunakan untuk mempengaruhi seseorang agar menganut suatu aliran, sikap, atau
arah tindakan tertentu.
Begitu pula dalam penyebaran agama
lain, seperti agama Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw. Pada mulanya agama
Islam hanya disebarkan di kalangan keluarga dan kerabat Nabi Muhammad, kemudian
secara berangsur-angsur menyebar ke seluruh pelosok tanah Arab, dan bahkan ke
luar wilayah Arab. Penyebaran itu berkat adanya bahasa yang berfungsi sebagai
sarana penyampai pesan atau informasi.
Peranan bahasa sebagai sarana
pengembangan dakwah juga dapat diamati dalam sejarah penyebaran agama di
Indonesia, terutama dalam penyebaran agama Islam. Agama Islam masuk di
Indonesia diperkenalkan oleh pedagang-pedagang Parsi dan Gujarat. Mereka
memperkenalkan agama Islam di daerah-daerah pantai yang menjadi
pusat-pusat perdagangan pada waktu itu. Dalam perkembangannya, agama Islam
telah menyebar hampir ke seluruh pelosok nusantara. Di mana-mana berdiri
kerajaan-kerajaan Islam. Akibatnya dapat dilihat sekarang, Indonesia
berpenduduk mayoritas muslim. Penyebaran Islam yang begitu cepat dan menjangkau
wilayah yang sangat luas itu, tentu saja karena peranan bahasa.
Di Indonesia khususnya, peranan bahasa
dalam pengembangan dakwah terlihat semakin meningkat. Hal itu dibuktikan oleh
semakin banyaknya tayangan acara televisi tentang penyiaran agama, misalnya
mimbar agama Islam, mimbar agama Kristen, mimbar agama Hindu, dan Mimbar agama
Budha. Bukti lain yaitu, semakin banyaknya penerbitan buku keagamaan yang
diterbitkan setiap tahunnya. Kedua hal ini semakin menunjukkan betapa besarnya
peranan bahasa dalam kegiatan dakwah.
Dengan bahasalah dakwah disampaikan secara
lisan dan secara tertulis, seperti disebutkan di atas. Memang, tanpa bahasa tak
ada yang terpikirkan dan tak ada yang terkatakan.
Selanjutnya, penggunaan bahasa pulalah
yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan dakwah. Sebagai gambaran,
dapat dilihat dan diamati bagaimana para da’i kondang, seperti Zainuddin MZ,
Abdullah Gymnastiar, Arifin Ilham, dan Jefri Albukhari dalam meyampaikan
pesan-pesan kebenaran dalam agama Islam. Bagaimana para pendeta Kristiani,
Hindu, dan Budha dalam berupaya memberikan pemahaman tentang agamanya kepada
khalayak. Mereka semua tentu saja berupaya mengemasnya dengan bahasa yang
menarik dan dengan gaya masing-masing.
Para remaja lebih tertarik kepada gaya
penyampaian dakwah Ustad Jefri, kalangan orang tua lebih senang kepada gaya
penyampaian dakwah Arifin Ilham, semua tingkatan usia menyenangi gaya
penyampaian dakwah Aa Gym (Abullah Gymnastiar), dan lain-lain. Perbedaan itu
lebih dikarenakan oleh teknik pemanfaatan bahasa yang bermacam-macam.
Keberhasilan mereka dalam menarik perhatian khalayak tentu saja tidak dapat
dipungkiri. Semua itu karena kelihaian mereka dalam “memainkan” bahasa.
Dakwah sebagai Sarana Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Sebagai kegiatan yang menggunakan
bahasa sebagai media utamanya, dakwah dapat dijadikan sebagai sarana pembinaan
dan pengembangan bahasa. Hal itu dimungkinkan karena dalam kegiatan dakwah
terjadi interaksi antara seseorang dengan orang lain. Untuk membina dan
mengembangkan suatu bahasa, maka peggunaan bahasa dengan baik dan benar dalam
interaksi tersebut secara tidak langsung akan menjadi model atau pajanan
berbahasa bagi orang lain yang mendengarkan penggunaan bahasa tersebut.
Sejarah perkembangan bahasa Melayu pada
jaman sebelum kemerdekaan misalnya dapat dijadikan contoh. Awalnya, bahasa
Melayu hanya dikuasai oleh kelompok masyarakat Melayu sendiri. Oleh karena
bahasa Melayu digunakan terus-menerus oleh mereka dalam kegiatan perdagangan
pada waktu itu, maka secara perlahan-lahan orang-orang yang turut terlibat
dalam kegiatan itu dapat memahami dan akhirnya menguasai bahasa Malayu. Bahasa
Melayu kemudian tidak hanya menjadi milik etnis Melayu, tetapi hampir seluruh
nusantara telah menguasainya.
Demikian pula halnya, jika ingin
menjadikan dakwah sebagai sarana pengembangan dan pembinaan bahasa, misalnya
bahasa Indonesia. Dalam kegiatan dakwah seyogyanya digunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Penggunaan bahasa Indonesia secara serampangan mestinya
dihindari. Kesalahan berupa penggunaan kata depan, pilihan kata, pelafalan, dan
kata-kata berlebihan, mestinya tidak dianggap enteng.
Berikut ini dapat dilihat beberapa
kesalahan yang lazim dilakukan seseorang dalam berdakwah.
Jenis
|
Salah
|
Tepat
|
Kata depan
|
…kita
bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada Allah
Swt.
|
…kita bersyukur atas nikmat yang
diberikan oleh Allah Swt.
|
Pilihan kata
|
Orang-orang mati…
|
Orang-orang meninggal…
|
Kata-kata berlebihan
|
Adalah merupakan
|
(gunakan salah-satunya sesuai
konteks)
|
Pelafalan
|
…ilmu dan teknologi
|
Ilmu dan tehnolohi
|
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dalam dakwah yang disampaikan secara lisan memang diakui sangat sulit
diwujudkan secara penuh. Alasannya sangat jelas, yaitu karena bahasa lisan
adalah bahasa spontanitas. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dalam dakwah yang disampaikan secara lisan kadang-kadang membuat
khalayak jenuh dan tidak tertarik.
Namun demikian, karena pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat
Indonesia, maka seyogyanya dalam dakwah pun perlu diperhatikan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal itu sebagai cerminan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia, sebagaimana ditegaskan oleh Halim (1978:8), bahwa
sikap positif terhadap bahasa Indonesia adalah sikap penutur bahasa Indonesia
yang setia, bangga, dan sadar akan norma bahasa Indonesia.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan oleh
Pembicara atau Orang yang Menyampaikan Dakwah
Berbicara di depan umum memerlukan
teknik-teknik tertentu. Penguasaan teknik yang digunakan dalam menyajikan
pikiran atau gagasan secara lisan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
oleh seorang pembicara atau orang yang akan menyampaikan dakwah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar pembicaraan atau dakwah berhasil adalah sebagai berikut.
a) Pembicara harus Memiliki Keberanian dan
Tekad yang Kuat
Keberanian merupakan hal yang sangat
mendasar. Tanpa keberanian atau keberanian yang setengah-setengah akan
mengakibatkan kacaunya pembicaraan. Hal lain yang perlu dimiliki oleh seorang
pembicara adalah keberanian atau tekad yang kuat. Tekad yang kuat akan
menghilangkan keragu-raguan dan menambah kepercayaan terhadap diri sendiri.
Seorang pembicara akan mampu bersikap tenang, tidak kaku ataupun canggung di
depan khalayak jika memiliki tekad yang kuat dan kepercayaan terhadap diri
sendiri.
b) Pembicara harus Memiliki Pengetahuan
yang Luas
Seorang pembicara atau orang yang akan
menyampaikan dakwah harus menguasai materi yang akan disampaikannya agar isi
dakwahnya dapat disampaikan dengan lancar dan teratur.
c) Pembicara harus Memahami Komunikasi
Massa
Pemahaman pembicara terhadap proses
komunikasi massa dapat diawali dengan menganalisis pendengar dan situasi.
d) Pembicara harus Menguasai Bahasa yang
baik dan Lancar
Seorang pembicara yang menguasai bahasa
yang baik dan lancar, tentu saja memiliki perbendaharaan kosa kata yang
memadai. Dengan kosa kata yang memadai, seorang pembicara akan dapat
menyampaikan isi dakwahnya dengan kata-kata yang bervariasi sehingga tidak
membuat khalayak bosan atau salah paham.
Selanjutnya, agar dakwah yang
disampaikan itu bisa lebih efektif, seorang pembicara harus mempersiapkan
beberapa hal sebelum tampil di depan khalayak. Hal-hal itu dikemukakan berikut
ini.
1) Menentukan
Maksud atau tujuan Dakwah
Menentukan maksud atau tujuan dakwah
perlu dilakukan karena hal itu yang mengarahkan pembicara menentukan
topik/pokok pembicaraan yang akan disampaikan. Misalnya, jika tujuan yang
diharapkan adalah agar khalayak memahami tentang pentingnya sholat, maka
pembicara harus berbicara tentang sholat dalam dakwahnya.
2) Menganalisis
Pendengar dan Situasi
Agar tujuan pembicaraan dapat tercapai,
seorang pembicara harus mengetahui situasi yang melatari dan keadaan yang calon
pendengar/khalayak. Sehubungan dengan analisis pendengar ini, Keraf (1980)
menyatakan beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang pembicara tentang
calon pendengarnya, yaitu: perkiraan jumlah pendengar, jenis kelamin, usia,
pekerjaan, dan pendidikan pendengar.
Adapun analisis situasi meliputi
lokasi, kondisi lingkungan, waktu, dan sarana yang akan digunakan.
Seorang pembicara yang melakukan
analisis pendengar dan situasi sebelum tampil di depan khalayak akan mampu
mempengaruhi khalayak secara efektif.
3) Memilih
Materi Dakwah
Materi dakwah yang dipilih harus
actual, artinya materi harus disesuaikan dengan persoalan yang banyak menyentuh
khalayak atau disesuaikan dengan peristiwa tertentu.
4) Mengumpulkan
Bahan Pembicaraan
Kegiatan mengumpulkan bahan pembicaraan
sangat penting agar dapat menghasilkan dakwah yang berbobot. Yang perlu
diperhatikan dalam mengumpulkan bahan ini adalah bahan pembicaraan harus
benar-benar terpercaya dan didukung oleh bukti-bukti yang kuat.
5) Membuat
kerangka Uraian
Hal ini perlu dilakukan, karena secara
umum sesuatu yang sudah direncanakan atau diorganisasikan dengan baik akan
menghasilkan sesuatu yang lebih baik daripada yang tidak direncanakan lebih
awal.
Beberapa hal di atas jika diperhatikan
dengan cermat dan dilaksanakan dengan baik oleh seorang pembicara akan
menghasilkan pidato yang efektif, dan tentu saja khalayak akan tertarik atau
tidak jenuh.
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan media yang tidak
dapat dilepaskan dari pengembangan dakwah. Bahasa mempunyai peranan yang sangat
besar dalam sejarah perkembangan dakwah.
Sebagai
kegiatan yang menggunakan bahasa sebagai media utamanya, dakwah dapat dijadikan
sarana pembinaan dan pengembangan bahasa. Penggunaan bahasa dengan baik dan
benar oleh orang yang menyampaikan dakwah akan menjadi model berbahasa bagi
pendengarnya/khalayak.
[1] Odong
uchjana effendi,ilmu komunikasi. Teori dan praktek ( bandung remaja rosdakarya,
2006 ) hal 10
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking